Setelah sebelumnya diadakan Workshop pola pikir komputasi yang bertempat di Universitas Pasundan telah diikuti beberapa tenaga pengajar tingkat SMP, SMA/SMK di Wilayah Kota Bandung dan sekitarnya. Tanggal 15 November 2018 kemarin, dilaksanakan kompetisi daring Bebras Challenge 2018 secara serentak sebagai tolak ukur pemahaman pola pikir komputasi dikalangan siswa.
Dilansir dari situs resmi http://bebras.or.id, gagasan Bebras Computational Thinking Challenge yang saat ini diikuti oleh kurang lebih 50 negara di dunia ini tujuannya adalah untuk mempromosikan Computational Thinking dikalangan guru dan murid mulai kelas 3 SD, serta untuk masyarakat luas. Outputnya bukan hanya sekedar untuk menang. Selain untuk berlomba, tantangan Bebras juga bertujuan agar siswa belajar Computational Thinking selama maupun setelah lomba. Jadi diharapkan pola pikir itu tidak terhenti selepas lomba usai.
Berpikir komputasi adalah teknik pemecahan masalah yang sangat luas wilayah penerapannya. Tidak heran jika anak yang memiliki kemampuan tersebut dapat terbiasa dengan pikiran yang logis, terstruktur dan kreatif. Computational thinking (CT) sangat bisa membentuk pola pikir anak sampai pada masa dewasanya nanti. Anak yang telah terbiasa menggunakan computational thinking dalam kesehariannya akan selalu berpikir cerdas, logis, tersetruktur, dan mempunyai kreativitas yang tinggi serta dapat memecahkan masalah kompleks dengan mudah.
Melihat contoh, beberapa negara sudah mulai mengajarkan computational thinking kepada anak sejak dini. Mengingat manfaat belajar menggunakan pola computational thinking yang sangat banyak dan berpengaruh terhadap berbagai bidang. Salah satu lembaga non-profit code.org pun memfasilitasi program ini dengan mengadakan “Computer Science Education Week” sehingga disana kita bisa belajar mengerjakan soal komputasi. Termasuk dalam workshop beberapa waktu lalu, dibawah naungan Prodi Teknik Informatika UNPAS, para tenaga pengajar dibimbing mengerjakan soal komputasi dan mengiblat pada code.org.
Manfaat computational thinking yang dirasakan oleh pengajar sendiri, seperti bapak Ganjar, guru SMK Pasundan 1 Bandung yang turut membina anak didiknya “Sangat bermanfaat, karena Computational Thinking ini melatih kita berpikir komputasi dan terstruktur”. Alumni Prodi Pendidikan Ilmu Komputer ini pun menuturkan, “Saya mendapat materi ini ketika kuliah S1, jadi nyambung, dan alhamdulillah sekarang bisa mengajarkan kepada siswa SMK, ilmu ini sangat bermanfaat sekali”.
Adapun tanggapan dari siswa yang mengikuti Bebras Challenge 2018 ini, “Pusing, soalnya susah. Dari semua soal yang ada saya Cuma yakin 30% dan engga yakin bakal lolos” –tutur Alfa, siswa SMK Pasundan 1 Bandung. Begitupun dengan siswa SMK Pasundan 1 Bandung lainnya, “Soalnya susah, servernya tadi sempet down dan agak bingung juga tapi saya optimis lolos”. –ujar Hafidz.