Era digital telah menjamah sebagian besar negera dibelahan bumi ini, tak terkecuali Indonesia. Perubahan pun dirasakan masyarakat. Internet dan media dalam jaringan membuat akses informasi semakin cepat dan mudah. Tak hanya itu, dengan internet, setiap orang bisa menjalankan pekerjaan dengan lebih efisien karena tidak butuh modal besar. Perubahan dari teknologi mekanik dan elektronik analog ke teknologi digital yang terjadi sejak beberapa tahun silam terus berlanjut sampai hari ini. Hal tersebut disebut juga “Revolusi digital” atau dikenal sebagai buah tangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kampus seperti kawah candradimuka yang menggembleng mahasiswa dalam mengembangkan kemampuannya di berbagai bidang. Mahasiswa yang nantinya akan melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan bangsa ini tentu saja harus memiliki kompetensi yang unggul dalam bidang hardskill dan softskill. Dan kampus menyediakan berbagai tools untuk menunjang hal tersebut. Pelajaran dikelas, organisasi mahasiswa, maupun relasi dengan berbagai eksternal entity yang bisa dimanfaatkan selama menjadi mahasiwa agar semua yang kita telan bisa dirasa implikasinya oleh masyarakat.
Sebagai elemen yang kerap dianggap elite oleh masyarakat, mahasiswa diharapkan tidak hanya sekedar pintar, namun juga peka terhadap apa yang terjadi di sekitarnya. Sehingga dapat memecahkah persoalan kenyataan. Selain itu, karakteristik mahasiswa yang berjiwa dinamis, kreatif, serta inovatif juga menjadi gambaran mahasiswa idaman. Namun tidak semuanya yang berpredikat mahasiswa punya karakteristik –atau setidaknya sadar– sosok idaman tadi.
Mahasiswa yang kreatif adalah mahasiswa yang senantiasa memiliki daya cipta terhadap sesuatu. Ia selalu memiliki gagasan atau ide-ide baru yang menarik. Di tangannya, sebuah kertas polos yang amat sederhana pun dapat di sulap menjadi sesuatu yang menarik dan mempunyai nilai jual. Namun semua itu tidak sekonyong-konyong terbentuk seolah ia sosok pemegang tongkat sihir yang bisa mengubah arah kehidupan.
Kreativitas tidak diwariskan dari orang tua, tetapi ada juga orang tua yang menstimulasi anaknya agar kreatif sejak dini. Kreativitas adalah kemampuan yang dibangun melalui proses dan dilatih secara gigih dan kontinyu. Kemampuan ini dinilai sebagai output dari pemahaman pelajaran dan pengalaman. Karena kreativitas tidak hanya berbasis teori, tapi juga praktek. Oleh karena itulah banyak perusahaan-perusahaan yang lebih senang mempekerjakan mahasiswa atau sarjana yang kreatif.
Mahasiswa juga harus jeli menangkap peluang yang ada di sekitarnya agar dapat mengembangkan keterampilannya (life skill) yang dimilikinya. Mengenal dunia kerja lebih dini juga membuat mahasiswa mampu berkompetisi saat berada pada kenyataan di lapangan. Pengalaman dan keterampilan yang dimiliki akan mempermudah mahasiswa menghadapi tantangan-tantangan yang menghadang. Karena masalah hari ini belum tentu sama dengan masalah beberapa tahun ke depan.
Kreativitas yang lahir dari keterampilan itu juga akan semakin lengkap, terlebih dengan berlatih diberbagai medan permasalan yang membuat kita semakin mengasah kemampuan problem solving. Dengan demikian masalah pengangguran yang selalu dialami oleh para sarjana-sarjana muda, karena sedikitnya lahan pekerjaan, akan terjawab dengan daya kreativitas. Serta mahasiswa sendiri tidak akan tertinggal. Jadi mahasiswa di era digital itu harus kreatif agar tidak tertinggal ya 🙂