Saat ini yang namanya revolusi industri ke 4 sedang hangat diperbincangkan, sekilas hal itu nampak sebagai buah manis hasil kemajuan Sains dan Teknologi. Revolusi berkaitan dengan cara kita hidup, cara kita bekerja dan cara kita berhubungan satu sama lainnya. Adapun perubahan itu dapat terjadi baik dalam skala, ruang lingkup, maupun kompleksitasnya. Perubahan itu terjadi berupa transformasi dari cara-cara yang sebelumnya dialami oleh manusia kedalam cara-cara baru yang belum pernah dilakukannya.
Semakin terngiang saja frase Revolusi Industri 4.0 sejak Presiden Joko Widodo meresmikan peta jalan atau roadmap yang disebut Making Indonesia 4.0. Presiden berharap, sektor Industri tersebut bisa menyumbang penciptaan lapangan kerja lebih banyak serta investasi baru yang berbasis teknologi. Namun satu kekhawatiran, yaitu peran manusia tergantikan oleh mesin pintar atau robot.
Pada kenyataannya, revolusi industri generasi ke empat sudah berjalan saat ini. Seperti kehadiran berbagai start-up yang memungkinkan siapa saja untuk bekerja dengan gawai sebagai jembatannya. Contohnya, Go-Jek yang memudahkan masyarakat memesan transportasi atau makanan dalam satu genggaman. Otomatis hal itu sedikit banyak telah mengubah prilaku kita sebagai manusia.
Implementasi revolusi industri generasi keempat itu harus diikuti dengan pembentukan ekosistem yang sehat dan berkesinambungan, agar efektif dan dapat menggerakkan seluruh sektor ekonomi. Tak semudah membalikkan telapak tangan, banyak persiapan yang harus dikerjakan semua lini. Termasuk manusia sebagai sumber dayanya.
Menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas tidak pula instan, butuh proses panjang untuk menciptakan generasi-generasi pemberi solusi. Memasuki dunia tanpa sekat ini, kita seharusnya tidak gagap terhadap berbagai budaya kompetensi hybrid, global competence dan keunggulan memecahkan national problem. Semua itu bisa dibentuk dengan memupuk pengetahuan sejak dini, kampus sebagai wadah bersemayamnya ilmu dan pengetahuan pun belum tentu menjawab persoalan tersebut tanpa dibarengi keahlian memecahkan masalah dan kemampuan berpikir kritis.
Kurikulum punya peran penting dalam pelaksanaan perkuliahan. Ini dikarenakan kurikulum menjadi rujukan apa yang diajarkan kepada mahasiswa dan apa yang akan dimiliki mahasiswa setelah lulus. Maka sebuah kampus harus punya kurikulum yang selaras dengan industri saat ini.
Menristekdikti menjelaskan ada lima elemen penting yang harus menjadi perhatian dan akan dilaksanakan oleh Kemenristekdikti untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan daya saing bangsa di era Revolusi Industri 4.0, salah satunya pada poin pertama; Persiapan sistem pembelajaran yang lebih inovatif di perguruan tinggi seperti penyesuaian kurikulum pembelajaran, dan meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam hal data Information Technology (IT), Operational Technology (OT), Internet of Things (IoT), dan Big Data Analitic, mengintegrasikan objek fisik, digital dan manusia untuk menghasilkan lulusan perguruan tinggi yang kompetitif dan terampil terutama dalam aspek data literacy, technological literacy and human literacy.
Mengiblat kepada hal itu, beruntunglah menjadi mahasiswa Informatika karena dibekali pengetahuaan mengenai materi tersebut. Setiap kampus tentu saja mempunyai master plan kurikulum yang kemudian akan dipelajari para mahasiswanya. Dan akal sehat mahasiswa tidak boleh di karantina, ide-ide segar kerap kali muncul dari kepala pemuda yang berpredikat mahasiswa. Kita tidak bisa menafikan lagi, perubahan terjadi begitu cepat, apabila manusia tidak bisa memberi solusi atau berkontribusi didalam perubahan itu maka lambat laun perannya akan tergantikan.
Bila kemajuan teknologi justru mengancam eksistensi manusia, selayaknya menjadi evaluasi bersama. Tak ada yang salah dengan teknologi. Tapi pemanfaatan teknologi ini butuh didukung sumber daya manusia dan manajerial yang bijak agar kehadirannya bermanfaat bagi manusia. Mahasiswa yang kehadirannya diharapkan menjadi penggagas perubahan, jangan ragu menunjukkan kebolehan kita di berbagai bidang, karena kampus bukan pemakaman ide-ide segar.