Bandung, 2-3 November 2019 – Acara Hacksprint Gerakan Nasional 1000 Startup Digital yang di laksanakan di Aula Otto Iskandardinata UNPAS Bandung adalah acara lanjutan sebelumnya yang di laksanakan di UNPAS juga namun hanya berbeda tempat saja, Acara sebelumnya yang berupa Workshop adalah acara yang bertujuan untuk menghasilkan sebuah prototype dari Startup yang telah di rancang beberapa tim yang mengikuti acara tersebut dan hari ini dan esok akan membahas tentang Hacksprint dimana prototype yang telah di buat oleh tim tersebut akan di uji untuk menyelesaikan sebuah masalah.
Dengan Peserta yang sama dengan Workshop sebelumnya Hacksprint disini bertujuan untuk menghasilkan sebuah solusi dan gambaran lebih tentang data dan solusi penjualan bagi startup yang telah di bangun, namun sebelumnya apa sih definisi dari Hacksprint..? Hacksprint adalah gabungan dari 2 kata yaitu Hackathon dan Design Sprint dimana jika diartikan berupa sebuah metode membangun produk untuk dapat diuji validitas nya secara tepat. Dalam Protoype yang telah peserta buat pasti mempunyai fitur-fitur dalam produk atau layanan yang akan di jual namun dalam hacksprint disini tidak semua fitur atau layanan dapat mendukung produk terjual maka disini peserta diminta untuk membangun fitur tersebut dan melakukan validasi di dalamnya. Karena sejatinya setiap fitur itu adalah satu unit bisnis tersendiri dalam sebuah startup yang memproduksi sebuah produk atau menghasilkan layanan jasa.
Peserta atau tim diminta untuk menentukan decider sebagai penentu keputusan dalam tim yang nantinya akan membuat Point of View dimana Point of View ini nantinya akan menjadi acuan untuk mencari solusi. Solusi disini dapat berupa kata-kata How Might We atau seberapa kuasa kita karena How Might We bukan hanya sekedar kata kata namun sebuah metode dalam pencatatan untuk me reframe ulang sebuah statement menjadi bentuk aktif dan lebih mentrigger solusi.
Tips membuah How Might We sebagai berikut :
- Fokus pada goal, bukan solusi
- Hanya 1 goal per sticky notes
- Jangan terlalu luas, sehingga solusinya tidak spesifik
- Jangan terlalu sempit, sehingga hanya mentrigger 1 solusi saja
- Pentingkan jumlah, bukan kualitas
- Tulis di pojok kanan atas “HMW”
Dalam membuat How Might We kita juga mendapatkan sebuah metode pendekatan dimana kita diarahkan untuk membuat sumber masalah menjadi positif, menghilangkan sumber masalah, mempertanyakan asumsi, pendekatan analogi, Eksplorasi sisi lain yang berseberangan, menantang status quo.
Hari kedua adalah waktunya presentasi bagi tim-tim yang telah selesai dalam mebuat validasi fitur pada prototype nya, namun sebelum presentasi peserta diminta untuk melakukan usability testing terlebih dahulu dimana tahapan usability testing sebagai berikut :
- Sketching
- Prototyping
- Usability Testing
- Validasi Produk
Karena jika dianalogikan bahwa user testing adalah saat pesawat lepas landas maka usabiity testing itu seperti pre flight checking alias memastikan semua instrumen bekerja sebelum take off. Tujuan dari usablity testing tersebut adalah untuk memahami lebih jauh bagaimana user sebenarnya akan berinteraksi dengan produk kita. Setelah melakukan presentasi dari prototype tersebut peserta menjalani tahap akhir dimana tahap akhirnya adalah membuat Canvas. Setelah Canvas berhasil dibuat maka para peserta tinggal menjalankan aksinya yaitu membangun Startup tersebut karena ide itu murah namun yang mahal adalah eksekusinya yaitu penerapan di dunia nyatanya.