Memasuki era Revolusi Industri 4.0 banyak perubahan terjadi. Perkembangan ilmu teknologi diseluruh dunia juga terjadi dengan sangat cepat, salah satunya adalah perkembangan dunia robot. Prediksi mengenai fungsi robot yang kian canggih ini memang sudah banyak dibahas diberbagai forum. Dalam World Economic Forum (WEF) 2018 misalnya, menyebutkan robot ternyata dapat menggantikan hampir separuh pekerjaan manusia. Robot-robot ini tidak hanya mampu mengambil alih pekerjaan manusia yang mengandalkan kemampuan fisik dan bersifat repetitif seperti buruh pabrik saja, tapi juga pekerjaan yang mengandalkan kemampuan berpikir dan menganalisa.
Implikasi dari perubahan itu tentu menyentuh berbagai entitas dikehidupan ini. Dalam The 10th Indonesia Human Resource Summit (IHRS) 2018, membahas tentang bagaimana Teknologi bukan hanya menggantikan kinerja manusia, tapi lebih mendorong manusia untuk lebih kreatif, inovatif dan intuitif. Tenaga kerja harus didorong untuk meraih puncak prestasinya dengan kreativitas, inovasi dan intuisi. Karena zaman sekarang untuk mendapat pekerjaan cukup sulit, apalagi jika tidak punya kemampuan yang signifikan, maka dari itu manusia harus terus mengembangkan potensinya. Selain itu juga, link and match diperlukan antara kebutuhan dunia kerja dengan lulusan perguruan tinggi sehingga gap antara calon tenaga kerja dengan kebutuhan industri bisa terbaca. Jika pekerjaan manusia diambil alih robot, bagaimana dengan lulusan Teknik Informatika nantinya?
Di zaman serba digital ini, industri bukan lagi padat karya, tetapi padat teknologi. Posisi customer service bisa digantikan dengan robot yang mengadopsi teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence). Di bidang manufaktur, fungsi bagian pemeliharaan (maintenance) juga bisa hilang. Belum lagi dibidang lain, apa harus dihilangkan juga peran manusia?
Pernah memikirkan tujuan pendidikan kita akan kemana nantinya? Jika mengiblat kepada realitas, tidak naif jika pendidikan ujung akhirnya untuk menaikan strata dimasyarakat. Tapi lebih dari itu, pendidikan bukan hanya tiket untuk mencari makan, harusnya dengan pendidikan kita bisa menaikan nilai sebagai manusia, sebab manusia diberi kelebihan berupa akal dan pikiran. Apa bedanya manusia dengan robot kalau hanya memikirkan diri sendiri dan sekedar menjalankan perintah?
Mesin pintar / robot cenderung lebih presisi dalam pekerjaannya. Pekerjaan berulang pun minim kesalahan. Memilah kualitas produk juga tak mustahil dilakukan oleh robot. Namun tetap saja robot tidak punya intuisi seperti manusia yang diciptakan oleh Tuhan. Kebanyakan robot hanya bisa melakukan hal yang sederhana, wajar, karena yang menciptakan robot yaitu manusia, kapasistasnya terbatas. Maka dari itu, orang yang punya kemampuan manajerial dan pemberi keputusan yang baik tidak akan bisa digantikan oleh robot. Alasannya karena kemampuan ini membutuhkan perasaan serta berbagai macam pertimbangan, dan robot tidak memilikinya.
Bagaimana jadinya kalau robot punya atasan yang robot juga? Aneh. Lalu bagaimana kalau proses deal sebuah bisnis dilakukan oleh robot? Seram. Karena itu, orang dengan kemampuan kepemimpinan yang bagus tidak akan pernah bisa digantikan oleh robot. Kemampuan manajerial sangat dibutuhkan dan selalu terpakai dikehidupan sehari-hari terlepas dari jurusan apapun kuliahnya.
Selain itu, yang tidak akan pernah digantikan robot adalah kreativitas. Sebab kreativitas manusia tak akan benar-benar terkejar teknologi. Robot diciptakan manusia, kemampuannya terbatas. Sedang manusia diciptakan oleh Tuhan. Kreativitas yang dimiliki manusia merupakan suatu aset yang tidak dapat tergantikan, baik oleh mesin sekalipun.
Dalam revolusi sebelumnya, keberadaan robot mesin di pabrik-pabrik membuat pekerjaan semakin sulit dicari. Pada akhirnya berbuntut pada masalah keuangan dan meningkatkan level ketidaksetaraan di antara manusia. Dan dengan memprakasai inovasi-inovasi baru adalah salah satu solusinya. Rasa ingin tahu yang dimiliki oleh manusia adalah cikal bakal munculnya penemuan-penemuan baru. Manusia tidak akan pernah benar-benar kehilangan pekerjaan mengingat masih banyak hal-hal di luar sana yang dapat dikembangkan.
Dari tulisan ini bukan bermaksud menakuti-nakuti bahwa robot akan mengambil alih pekerjaan manusia. Tapi pengingat, bahwa secanggih apapun teknologi, tidak akan melampaui kapasitas yang Maha Pencipta. Sebab dari rumpun keilmuan manapun asalnya, jika berusaha memaksimalkan potensi sebagai makhluk yang berakal dan punya pikiran, bukan tidak mungkin kita siap menghadapi segala perubahan. Mempersiapkan diri dengan membuka cara pandang baru, menambah pengetahuan dan keterampilan baru juga merupakan usaha menghadapinya. So, jangan khawatir Lulusan Teknik Informatika bagaimana nantinya? Tetaplah berusaha semampu kita dijalur manapun kita berada.