Berita

Musim Ujian, Mahasiswa Mengagungkan Nilai atau Kejujuran?

Musim Ujian, Mahasiswa Mengagungkan Nilai atau Kejujuran?

Oleh : Hanifa Nurcahya

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, Ujian merupakan cara untuk mengukur kemampuan seseorang. Pelaksanaan ujian dimaksudkan untuk mengukur pengetahuan seseorang atau peserta didik. Ujian juga dijadikan sebagai alat evaluasi untuk menilai seberapa jauh pengetahuan sudah dikuasai dan keterampilan yang sudah diperoleh. Ujian dapat mendorong seseorang dalam kegiatan pembelajaran baik itu secara wawasan atau pun pengetahuan lainnya.

 Di Indonesia salah satu contoh ujian yang diberlakukan untuk mengukur kemampuan diri seorang siswa yaitu ujian nasional, fungsinya sebagai penentu kelulusan peserta didik dalam lembaga pendidikan seperti sekolah. Tak jauh berbeda dengan sekolah, kampus pun melaksanakan ujian.

Ujian ini kerap kali dipandang sebagai ‘tolak ukur’ mahasiswa dalam memahami ilmu selama proses pembelajaran.

Ujian merupakan suatu hal yang mutlak dalam menjalani proses pendidikan di negeri ini. Saat-saat menjelang ujian adalah saat yang kritis. Mahasiswa mulai disibukkan mencari bahan-bahan kuliah, mengurangi aktifitasnya diluar perkuliahan, berjuang keras mendalami materi beberapa mata kuliah dalam waktu yang singkat. Salah satu goal yang memotivasi semangat belajar mahasiswa menjelang ujian, tidak lain adalah nilai yang memuaskan. Betapa bangganya jika huruf A di transkrip nilai mampu kita torehkan dalam sejarah selama belajar di kampus.

Meski tidak terlalu representatif, mari kita cermati proses pendidikan di perguruan tinggi beserta momentum ujian sebagai sample. Pada dasarnya ujian adalah sesuatu yang mau tidak mau harus dijalankan setiap umat manusia, entah itu ujian hidup, ujian kenaikan kelas, maupun ujian-ujian lainnya. Begitu pula dengan mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Pasundan yang saat ini sedang melaksanakan ujian akhir semester tahun akademik 2017/2018.

Dalam mencapai goal dari ujian tersebut banyak cara yang dilakukan mahasiswa, ada diantaranya mahasiswa yang melacurkan kejujurannya demi memuaskan hasrat untuk mendapat nilai bagus. Tidak bisa dinafikan lagi, hal itu sudah menjadi budaya dikalangan mahasiswa. Namun semenjak ada kehadiran teknologi CCTV dipenjuru kelas, hal itu mulai berkurang. Rupanya gertakan semacam ini cukup ditakuti oleh beberapa mahasiswa.

Tapi ketakutan ini atas dasar takut kalau mendapat nilai jelek, takut malu kalau terciduk CCTV, takut mengecewakan orang tua, takut akan sulit mendapat pekerjaan karena transkrip nilai yang tidak mencapai standar, dan ketakutan-ketakutan lain yang sifatnya duniawi. Kalau benar-benar takut, tanpa adanya CCTV pun kita sudah menyadari setiap gerak langkah kita terlihat oleh mata Tuhan.

Kejujuran pada zaman sekarang adalah barang langka. Hal ini dikarenakan nilai lebih dihargai daripada kejujuran. Tidak heran, mahasiswa lebih mengagungkan nilai dibanding kejujuran, mendewakan IPK dan menuhankan transkrip nilai. Merupakan sebuah pertanyaan yang retoris jika ada yang menanyakan apakah tindakan tersebut dapat dimaafkan atau tidak. Masing-masing dari kita telah memahami dan mengetahui apa konsekuensinya.

Memang kita butuh tolak ukur untuk mengetahui kemampuan seseorang. Tapi, nilai bukan satu-satunya parameter itu. Lebih jauh, dunia nyata pasti ingin melihat bukti konkritnya, bukan? Apakah mahasiswa yakin dihuruf A yang tertera pada transkrip nilainya merupakan simbol ia bisa? Masih menjadi sebuah ironi, ketika mahasiswa belajar jujur dibilang individualis dan sok idealis. Jargon “nilai bukan segalanya” seolah menjadi penghibur diri bagi mereka yang nilainya pas-pasan. Frase ini juga dikumandangkan oleh mahasiswa hipokrit, yang menganggap nilai bukan segalanya tapi dilubuk hatinya mengharap nilai bagus untuk lulus.

Pendidikan, hakikatnya adalah sebuah fase untuk menjalani dan memaknai kehidupan ini sebagai manusia pembelajar sepanjang hayat. Kita tidak pernah purna untuk menamatkan ”sekolah” kehidupan. Saat ujian datang, itulah batu loncatan yang mampu mengantarkan kita untuk meningkatkan kapasitas diri. Ujian adalah momentum refleksi diri selama kita belajar. Namun, jangan heran kalau mahasiswa mengagungkan nilai dibanding kejujuran saat ujian, karena memang begitu adanya.

Berita Terkait

Komentar

Leave a Comment :

Your email address will not be published.